Jika Engkau Takdir Ku

Sepulang sekolah, segera ku letakkan tasku di atas meja. Letih rasanya tubuh ini, tapi semua itu dikalahkan oleh keinginanku untuk bisa menjadi pelukis terkenal. Ya, aku segera ke sanggar seni lukis.
Aku Anisa, siswi kelas XII di salah satu sekolah favorit di kotaku. Selain belajar melukis aku juga ikut tambahan jam belajar di sore hari. Waktuku selalu padat dan sibuk, mungkin terlihat sok ya aku? Tapi, begitulah kenyataannya.
“Eh, kamu anak sosial kan?” tanya temanku, disaat ku mulai menggoreskan kanvas pertamaku.
“Iya, memangnya ada apa?”
“kamu satu kelas nggak sama wikan?”
“Oh dia, iya.”
“Salam ya, ngomong-ngomong, dia itu tipe cowok yang lembut, tanggung jawabnya oke, manis lagi..”
“Oh iya deh..” jawabku sekenanya.
Ya Tuhan, salahkah aku mencintai makhluk Mu di dunia ini. Wikan.. Aku mencintainya Ya Allah, aku menginginkan akhir yang indah bersamanya. Walau dia tidak pernah tau apa yang aku rasa, dan walau dia tidak pernah mempunyai perasaan yang sama denganku. Aku hanya berharap Ya Allah..
Sederhana saja, aku ingin belajar bersamanya disaat tiba Ujian Nasional nanti.
Hari ini aku datang lebih awal karena ada jadwal piket, segera ku sapu seluruh ruangan. Tapi tiba-tiba ada langkah orang yang memasuki ruangan kelasku. Ku toleh ke belakang, dan ternyata… Wikan!!!
“Anisa..” sapanya dengan lembut.
“eh.. Wikan” kujawab asal sambil tetap menundukkan pandanganku.
“kok pagi bener nis?”
“iya, sudah terbiasa kok. Lagian ini juga piket.”
“oh iya, aku juga piket ya? Jangan disapu semua nis, biar aku yang ngelanjutin.”
“iya.”
Bel tanda masuk pun berbunyi, aku segera masuk ke kelas dan menyiapkan buku mapel jam pertama pagi ini. Tapi serasa pundakku ada yang mencolek dari belakang. Ternyata sahabatku..
“Eh nis, temenmu les lukis ada yang suka ya sama wikan?”
“iya tik..”
“siapa namanya?”
“Tya, ada apa?”
“nggak apa-apa sih, pokoknya aku nggak ikhlas!”
“cie.. Cemburu ya?” Ku coba mengukir senyum di wajahku, walaupun sebenarnya hati ini hancur lebur.
“kalau iya emang kenapa? Hehe.. Kamu bantu aku ya nis buat deketin wikan? Pokoknya segala cara pun aku halalkan demi wikan”
“Astaghfirullah Tika, memangnya kamu siapa wikan? Nggak baik bersikap seperti itu, ketahuilah dia akan semakin menjauh, jika kamu semakin mendekat.”
“alah kamu tinggal dukung aku sajalah nis, lihat saja, wikan pilih temen kamu itu apa aku sahabatmu.”
“terserah kamu sajalah Tik.”
Ya Tuhan, keadaan semakin rumit. Aku memang tidak pantas mencintai makhlukMu yang sholeh itu, dia begitu sempurna di mata para wanita. Dengan melukis pun aku tidak bisa menggoreskan wajahnya yang teduh. Ya Allah, jika kelak dia ditakdirkan menjadi pendampingku, aku yakin Engkau akan menyatukan aku dengannya. Tapi jika tidak, mungkin Engkau akan menggantikannya dengan yang lebih baik..
Aku hanya bisa mengagumimu didalam hatiku dan mendoakanmu di setiap sujudku